KERAPATAN DAN BOBOT JENIS
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pengetahuan tentang
massa jenis dalam sebuah praktikum sangat penting mengingat bahwa pengetahuan
tentang massa jenis akan selalu kita butuhkan dan selalu kita gunakan dalam
praktikum lanjutan atau dalam pengaplikasiannya dalam penelitian.
Pengidentifikasian suatu zat kimia dapat diketahui berdasarkan sifat-sifat yang
khas dari zat tersebut. Sifat-sifat tersebut dapat dibagi dalam beberapa bagian
yang luas. Salah satunya ialah sifat intensif dan sifat ekstensif. Sifat
ekstensif adalah sifat yang tergantung dari ukuran sampel yang sedang diteliti.
Sedangkan sifat intensif adalah sifat yang tidak tergantung dari ukuran sampel.
Kerapatan atau densitas
merupakan salah satu dari sifat intensif. Dengan kata lain, kerapatan suatu zat
tidak tergantung dari ukuran sampel. Untuk menentukan massa benda dapat
dilakukan dengan menimbang benda tersebut dengan timbangan yang sesuai, seperti
neraca analitik atau yang lainnya.
Berat jenis
didefinisikan sebagai perbandingan kerapatan dari suatu zat terhadap kerapatan
air, harga kedua zat itu ditentukan pada temperatur yang sama, jika tidak
dengan cara lain yang khusus. Istilah berat jenis, dilihat dari definisinya,
sangat lemah; akan lebih cocok apabila dikatakan sebagai kerapatan relatif.
Cara penentuan bobot
jenis ini sangat penting diketahui oleh seorang calon farmasis, karena dengan
mengetahui bobot jenis kita dapat mengetahui kemurnian dari suatu sediaan
khususnya yang berbentuk larutan. Air digunakan untuk standar untuk zat cair
dan padat, hidrogen atau udara untuk gas.
Dalam farmasi,
perhitungan berat jenis terutama menyangkut cairan, zat padat dan air merupakan
pilihan yang tepat untuk digunakan sebagai standar karena mudah didapat dan
mudah dimurnikan. Disamping itu dengan mengetahui bobot jenis suatu zat, maka
akan mempermudah dalam memformulasi obat. Karena dengan mengetahui bobot
jenisnya maka kita dapat menentukan apakah suatu zat dapat bercampur atau tidak
dengan zat lainnya. Dengan mengetahui banyaknya manfaat dari penentuan bobot
jenis dan kerapatan maka percobaan ini dilakukan. 2.
1.2. Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum ini adalah :
a. Untuk menentukan volume piknometer pada suhu tertentu.
b. Untuk menentukan kerapatan dan bobot jenis beberapa
zat cair (etanol 70%, aseton, dan kloroform).
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Landasan Teori
Bobot jenis adalah
rasio bobot suatu zat terhadap bobot zat baku yang volumenya sama pada suhu
yang sama dan dinyatakan dalam desimal. Penting untuk membedakan antara
kerapatan dan bobot jenis. Kerapatan adalah massa per satuan volume, yaitu bobot zat per satuan volume. Misalnya, satu mililiter raksa berbobot 13,6 g, dengan demikian
kerapatannya adalah13,6 g/mL. Jika kerapatan dinyatakan sebagai satuan bobot
dan volume, maka bobot jenis merupakan bilangan abstrak. Bobot jenis
menggambarkan hubungan antara bobot suatu zat terhadap sebagian besar
perhitungan dalam farmasi dan dinyatakan memiliki bobot jenis 1,00. Sebagai
perbandingan, bobot jenis gliserin adalah 1,25 , artinya bobot gliserin
1,25 kali bobot volume air yang setara,
dan bobot jenis alkohol
adalah 0,81 , artinya bobot jenis alkohol 0,81 kali bobot volume air yang setara (Ansel, 2006).
Zat yang memiliki bobot jenis lebih kecil dari
1,00 lebih ringan daripada air. Zat yang memiliki bobot jenis lebih besar dari
1,00 lebih berat daripada air. Bobot jenis dinyatakan dalam desimal dengan
beberapa angka di belakang koma
(USP) atau buku acuan
lain. Bobot jenis suatu zat dapat dihitung dengan mengetahui bobot dan volumenya, melalui persamaan berikut (Ansel,
2006).
ρ =

Keterangan :
ρ = Kerapatan (g/cm3)
m = Massa (g)
v = Volume (cm3)
Dalam persamaan tersebut,
penting untuk menggunakan satuan bobot yang sama untuk pembilang dan penyebut,
umumnya gram, sehingga satuan akan hilang dan hasilnya akan berupa bilangan
abstrak. Selain itu, penting disadari bahwa
karena 1 mL air dianggap berbobot 1 g, maka “bobot sejumlah volume air yang
setara” pada penyebut adalah angka numerik yang sama dalam mililiter dan gram. Dengan demikian , jika 25 ml suatu zat berbobot 30 g, maka
“volume air yang setara” (25 mL) berbobot 25 g dan bobot jenis zat ini
dapat dihitung dengan mengetahui bobot jenis suatu zat, bobot volumenya atau volume
bobotnya dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan diatas (Ansel, 2006).
Kerapatan adalah
massa per unit volume suatu zat pada temperatur tertentu. Sifat ini merupakan
salah satu sifat fisika yang paling sederhana dan sekaligus merupakan salah
satu sifat fisika yang paling definitive, dengan demikian dapat digunakan untuk
menentukan kemurnian suatu zat (Martin, 1993).
Hubungan antara massa
dan volume tidak hanya menunjukan ukuran dan bobot molekul suatu komponen,
tetapi juga gaya-gaya yang mempengaruhi
sifat karakteristik “pemadatan” (“Packing Characteristic”). Dalam
sistem matriks kerapatan diukur dengan gram/milimeter (untuk cairan) atau gram/cm2 (Martin, 1993).
Kerapatan dan berat
jenis ahli farmasi sering kali
mempergunakan besaran pengukuran ini apabila mengadakan perubahan antara massa
dan volume. Kerapatan adalah turunan besaran karena menyangkut satuan massa dan
volume. Batasannya adalah massa per satuan volume pada temperatur dan tekanan
tertentu, dan dinyatakan dalam sistem cgs dalam gram per sentimeter kubik
(gram/cm3) (Martin, 1993).
Berbeda dengan kerapatan, berat jenis adalah
bilangan murni tanpa dimensi, yang dapat diubah menjadi kerapatan dengan
menggunakan rumus yang cocok. Berat jenis didefinisikan sebagai perbandingan
kerapatan dari suatu zat terhadap kerapatan air, harga kedua zat itu ditentukan
pada temperatur yang sama, jika tidak dengan cara lain yang khusus. Istilah
berat jenis, dilihat dari definisinya, sangat lemah, akan lebih cocok apabila
dikatakan sebagai kerapatan relatif (Martin, 1993).
Berat jenis untuk
penggunaan praktis lebih sering didefinisikan sebagai perbandingan massa dari
suatu zat terhadap massa sejumlah volume air yang sama pada suhu 4oC
atau temperatur lain yang tertentu. Notasi berikut sering ditemukan dalam
pembacaan berat jenis: 25oC/25oC, 25oC/4oC,
dan 4oC/4oC. Angka yang pertama menunjukkan temperatur
udara di mana zat ditimbang; angka di bawah garis miring menunjukkan temperatur
air yang dipakai. Buku-buku farmasi resmi menggunakan patokan 25oC
/25oC untuk menyatakan berat jenis (Martin, 1993).
Berat jenis dapat
ditentukan dengan menggunakan berbagai tipe piknometer, neraca Mohr-Westphal,
hidrometer dan alat-alat lain. Pengukuran dan perhitungan didiskusikan di buku kimia
dasar, fisika dan farmasi. Rapatan diperoleh dengan membagi massa suatu obyek
dengan volumenya (Martin, 1993).
(d) = 

Keterangan :
d = Berat jenis
ρ = Kerapatan
Suatu sifat yang
besarnya tergantung pada jumlah bahan yang sedang diselidiki disebut sifat
ekstensif. Baik massa maupun volume adalah sifat-sifat ekstensif. Suatu sifat
tergantung pada jumlah bahan adalah sifat intensif. Rapatan yang merupakan perbandingan antara massa dan volume, adalah sifat intensif. Sifat-sifat intensif
umumnya dipilih oleh para ilmuwan untuk pekerjaan ilmiah karena tidak
tergantung pada jumlah bahan yang sedang diteliti (Petrucci, 1985).
Pengujian bobot jenis dilakukan untuk
menentukan 3 macam bobot jenis yaitu (Lachman, 1994) :
1.
Bobot jenis
sejati
Massa partikel dibagi
volume partikel tidak termasuk
rongga yang terbuka dan tertutup.
2.
Bobot
jenis nyata
Massa partikel dibagi
volume partikel tidak termasuk pori/lubang terbuka, tetapi termasuk pori yang
tertutup.
3.
Bobot
jenis efektif
Massa parikel dibagi volume partikel termausk pori yang tebuka dan
tertutup. Seperti titik lebur, titik didih atau indeks bias (bilangan bias).
Kerapatan relatif merupakan besaran spesifik zat. Besaran ini dapat digunakan
untuk pemeriksan konsentrasi dan kemurniaan senyawa aktif, senyawa bantu dan sediaan farmasi.
2. Uraian Bahan
a.
|
Air suling/
aquadest (Ditjen POM, 1979, Hal.96).
|
||
|
Nama Resmi
|
:
|
Aqua destillata
|
|
Sinonim
|
:
|
Aquadest
|
|
RM/BM
|
:
|
H2O / 18,02
|
|
Pemerian
|
:
|
Cairan jernih; tidak berwarna; tidak berbau;
|
|
|
|
tidak mempunyai
rasa
|
|
Penimpanan
|
:
|
Dalam wadah tertutup baik
|
|
Kegunaan
|
|
Pelarut
|
b. Alkohol
|
|||
|
Nama resmi
|
:
|
Aethanolum
|
|
Nama lain
|
:
|
Etanol, etil
alcohol
|
|
BM/RM
|
:
|
46, 07 / C2H6O
|
|
Bobot jenis
|
:
|
0,8119–0,8139
gr/mL
|
|
Pemerian
|
:
|
Jernih, tidak
berbau, bergerak, cairan pelarut. Menghasilkan bau yang khas dan rasa
terbakar pada lidah
|
|
Penyimpanan
|
:
|
Dalam wadah
tertutup rapat, dijauhkan dari api
|
|
Kegunaan
|
:
|
Sebagai pelarut.
|
c.
|
Chloroformum (Dirjen POM edisi
III 1979 : 151)
|
||
|
Nama Resmi
|
:
|
Kloroformum
|
|
Sinonim
|
:
|
Kloroform
|
|
RM/BM
|
:
|
CHCl3/119,38
|
|
Pemerian
|
:
|
Cairan mudah menguap; tidak
bewarna; bau khas;
|
|
|
|
rasa manis dan membakar
|
|
Kelarutan
|
:
|
Larut lebih kurang 200 bagian
air; larut dalam etanol
|
|
Penimpanan
|
|
Dalam wadah tertutup rapat
|
|
Kegunaan
|
:
|
Anestetikum; pengawet; zat
tambahan
|
d. Aseton
(Ditjen POM, FI IV. 1995 : 27)
Nama Resmi : ACETONIUM
Nama Lain : Aseton
RM / BM : CH3COCH3 / 58,08
Pemerian : Cairan jenih tidak berwarna, bau khas, mudah terbakar.
Penyimpanan : Dapat bercampur dengan air, etanol dan eter
Kegunaan : Zat tambahan
Nama Resmi : ACETONIUM
Nama Lain : Aseton
RM / BM : CH3COCH3 / 58,08
Pemerian : Cairan jenih tidak berwarna, bau khas, mudah terbakar.
Penyimpanan : Dapat bercampur dengan air, etanol dan eter
Kegunaan : Zat tambahan
BAB III
METODE KERJA
A. Alat dan Bahan Praktikum
1.
Alat
Alat-alat yang dipakai selama
praktikum adalah Neraca Analitik 1
Buah, Piknometer 10 ml dan 25 ml, Gelas Ukur 100 ml 1 Buah, Pipet tetes
1 Buah, Termometer ruang 1 Buah, dan Tissue.
2.
Bahan
Bahan-bahan yang digunakan pada saat
praktikum adalah Larutan jenuh Aquadest, Larutan Aquadest, Larutan Etanol 70%, larutan
Aseton dan larutan Kloroform.
B. Prosedur Kerja
Adapun Prosedur kerja yang kami lakukan terbagi menjadi 2 yaitu:
1.
Penentuan volume piknometer
pada suhu percobaan
a.
Ditimbang dengan teliti
piknometer kosong dalam keadaan bersih dan kering.
b.
Dimasukkan aquadest kedalam
piknometer kosong hingga penuh,
c.
Disiapkan gelas kimia 100 ml
lalu dimasukkan es batu didalamnya.
d.
Piknometer yang sudah terisi dengan
aquadest dimasukkan kedalam gelas kimia yang berisi es batu.
e.
Setelah suhu kira-kira 20 C,
diangkat piknometer dari gelas kimia lalu dibersihkan sisa air yang menempel
pada piknometer dengan tissue.
f.
Kemudian, ditimbang piknometer
menggunakan neraca analitik dengan teliti, lalu dihitung volume piknometernya.
2.
Penentuan Kerapatn dan Bobot
Jenis zat cair ( Etanol 70%, aseton, dan kloroform)
Penentuan Kerapatan dan bobot jenis etanol 70%
a.
Disiapkan piknometer,lalu
dibersihkan hingga kering menggunakan etanol 70%.
b.
Ditimbang piknometer kosong
dengan teliti.
c.
Diisi piknometer dengan etanol
70% hingga penuh kemudian ditutup.
d.
Dibersihkan cairan etanol yang
masih menempel pada piknometer menggunakan tissue hingga bersih.
e.
Piknometer yang sudah terisi
etanol 70% ditimbang dengan teliti.
f.
Dihitung kerapatan dan berat
jenis etanol 70%.
Penentuan kerapatan dan bobot jenis aseton
a.
Dibersihkan piknometer hingga
kering.
b.
Ditimbang dengan teliti
piknometer kosong.
c.
Diisi penuh piknometer dengan
aseton kemudian ditutup.
d.
Dibersihkan cairan aseton yang
menempel pada piknometer dengan tissue.
e.
Ditimbang dengan teliti dan
dihitung kerapatan dan bobot jenis aseton.
Penentuan kerapatan dan bobot jenis kloroform
a.
Dibersihkan piknometer kosong
hingga bersih dan kering.
b.
Ditimbang dengan teliti
piknometer kosong.
c.
Diisi penuh piknometer dengan
kloroform kemudian ditutup dan di bersihkan cairan yang menempel dengan tissue.
d.
Ditimbang dengan teliti dan
dihitung kerapatan dan bobot jenis setelah diketahui bobot piknometer
kloroform.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
Bahan
|
Kerapatan
|
Bobot Jenis
|
Literatur
(FI III)
|
Aquadest
|
1 g/mL
|
1 g/ml
|
1 g/ml
|
Etanol
|
0,8 g/mL
|
0,8 g/mL
|
0.8119-0.8139 g/ml
|
Aseton
|
0.79 g/mL
|
0.79 g/mL
|
0.79-0.792 g/ml
|
Kloroform
|
1, 46 g/mL
|
1, 46 g/mL
|
1, 474-1,479 g/ml
|
B. Pembahasan
Pratikum kali membahas
mengenai kerapatan dan bobot jenis suatu zat. Bobot jenis suatu zat adalah
perbandingan bobot zat terhadap air volume sama yang ditimbang di udara pada
suhu yang sama (biasanya pada suhu 25°C). Kerapatan adalah massa per unit volume
suatu zat pada temperatur tertentu. Berdasarkan pengertian tersebut, dapat
disimpulkan bahwa bobot jenis membandingkan massa jenis zat
dengan massa jenis air,sedangkan kerapatan membandingkan massa zat dengan volume zat tersebut. Hal ini merupakan
perbedaan dari bobot jenis dan kerapatan zat. Air digunakan sebagai standar untuk penentuan kerapatan dan bobot jenis zat cair dan zat padat. Berdasarkan rumus yang ada, bobot jenis dan kerapatan mempunyai nilai yang hampir sama, hanya berbeda pada
adanya satuan atau tidak.
Bahan yang digunakan dalam
praktikum yaitu air, etanol 70%, aseton, kloroform, paraffin, gotri, dan cera
alba. Kerapatan dan bobot jenis
suatu zat atau cairan dalam bidang farmasi
digunakan sebagai salah satu metode analisis yang berperan dalam menentukan
senyawa cair, digunakan pula untuk uji identitas dan kemurnian dari senyawa
obat terutama dalam bentuk cairan, serta dapat pula untuk mengetahui tingkat
kelarutan/daya larut suatu zat, dan
juga dapat mempermudah dalam pembuatan formulasi obat karena dengan mengetahui bobot jenis suatu zat dapat
digunakan untuk mengetahui apakah suatu zat dapat bercampur atau tidak dengan
zat lain.
Alat yang digunakan dalam pengujian ini adalah dengan piknometer. Piknometer digunakan untuk mencari
bobot jenis. Piknometer biasanya terbuat dari kaca untuk erlenmeyer kecil
dengan kapasitas antara 10ml-50ml. Piknometer dibersihkan dengan menggunakan
aquadest terlebih dahulu untuk melakukan percobaan penetapan bobot jenis,
kemudian dibilas dengan alkohol untuk mempercepat pengeringan piknometer kosong
tadi. Pembilasan dilakukan untuk menghilangkan sisa dari permbersihan, karena
biasanya pencucian meninggalkan tetesan pada dinding alat yang dibersihkan,
sehinggga dapat mempengaruhi hasil penimbangan piknometer kosong, yang akhirnya
juga mempengaruhi nilai bobot jenis sampel. Pemakaian alkohol sebagai pembilas
memiliki sifat-sifat yang baik seperti mudah mengalir, mudah menguap dan
bersifat antiseptikum, jadi sisa-sisa yang tidak diinginkan dapat hilang dengan
baik, baik yang ada di luar, maupun yang ada di dalam piknometer itu sendiri.
Piknometer kemudian
dikeringkan, hal ini dilakukan dengan tujuan untuk mengembalikan piknometer
pada bobot sesungguhnya. Pengeringan piknometer tidak boleh dikeringkan dengan menggunakan
pemanasan, karena piknometer dapat
memuai dan nantinya dapat mempengaruhi pada saat penimbangan piknometer
dan akan berpengaruh pula pada data percobaan dan hasil perhitungan bobot
jenis. Piknometer
ditimbang kemudian, pada timbangan analitik dalam keadaan kosong, setelah ditimbang dalam keadaan kosong,
piknometer lalu diisikan dengan sampel mulai dengan aquadest, sebagai
pembanding kemudian
nantinya dengan sampel
yang lain. Pengisiannya harus melalui bagian dinding
dalam dari piknometer untuk mengelakkan terjadinya gelembung udara. Kemudian
piknometer yang berisi sampel aquadest dimasukkan kedalam gelas kimia yang
berisi es batu. Kemudaian, dikur suhu samopai mencapai 20 C. Pada
saat suhu sudah mencapai 20 C, piknometer tersebut diangkat lalu
dibersihkan sisa air yang menemple pada dinding piknometer menggunakan tissue
tujuannya agar tidak ada bahan-bahan lain yang menempel pada dinding piknometer
yang dapat mengganggu perhitungan., kemudian di timbang kembali.
Pada penggunaan piknometer
untuk menentukan bobot jenis memiliki beberapa keuntungan yaitu mudah dalam
pengerjaan, tetapi memerlukan waktu yang cukup lama, karena kita harus
menurunkan dan menaikkan suhu percobaan sesuai dengan prosedur agar dapat
memperoleh hasil yang tepat.Sedangkan, kerugiannya yaitu berkaitan dengan
ketelitian dalam penimbangan. Jika proses penimbangan tidak teliti maka hasil
yang diperoleh tidak sesuai denga hasil yang ditetapkan literatur. Adapun
faktor-faktor yang mempengaruhibobot jenis suatu zat adalah temperatur, massa
zat, dan volume zat.
Pada praktikum ini, kami
melakukan penurunan suhu aquadest sampaui 20
C. Hal ini bertujuan agar untuk menghindari anomaly air. Anomali Air adalah
pengecualian (anomaly) yang dialami air saat didinginkan atau dipanaskan.
Berbeda dengan bahan etanol, aseton, dan kloroform. Pada percobaan zat cair
yang mudah menguap seperti etanol, aseton, dank kloroform, pengukurannya harus
segera dilakukan ketika piknometer telah diisi sampel. Karena etanol, aseton,
dan kloroform, be4rsifat mudah menguap sehingga akan terus berkurang bobotnya.
Adapun faktor yang mempengaruhi sifat anomali air
sendiri yaitu ketika suhu air diturunkan maka air tersebut akan membentuk es
yang berarti memilki kerapatan yang lebih besar sehingga bobot jenisnya juga
lebih besar dari pada bobot jenis air pada suhu normal.
Pada pengujian praktikum ini, hal pertama yang dilakukan
adalah menentukan volume piknometer yang didapat dari volume air yang ada pada
piknometer dibagi kerapatan air, didapatkan volume piknometer pada data
kelompok 1 dan 3 adalah 26 ml. Kemudian, dari hasil volume piknometer kami akan
menentukan kerapatan air. Dan dari hasil kami bahwa kerapatn air adalah 1 g/ml.
hal ini sesuai dengan literature bahwa kerapatn air dan bobot jenis air (BJ)
adalah 1 g/ml. Kemudian lanjut kami menentukan kerapatan dan bobot jenis pada
etanol. Dari data yang kami peroleh kerapatan etanol adalah 0.8 g/ml dan bj
etanol adalah 0.8 g/ml. Hal ini sesuai dengan literature farmakope Indonesia
edisi III bahwa kerapatn dan bobot jenis etanol berkisar antara 0.8119-0.8139
g/ml. Lalu kerapatan dan bobot jenis dari aseton dan kloroform. Dari data hasil
pengamatan kami memperoleh kerapatn an bobot jenis dari aseton adalah 0.79
g/ml. Hal ini sesuai dengan literature FI Edisi III bahwa kerapatn dan bobot
jenis aseton adalah 0.79-0.792 g/ml, dan kerapatan kloroform adalah 1.46 g/ml
dan bobot jenis kloroform 1.46 g/ml. Hal ini sesuai dengan literature bahwa
kerapatn dan bobot jenis kloroform adalah 1.474-1.479 g/ml.
Berdasarkan percobaan yang dilakukan, didapatkan hasil
kerapatan dan bobot jenis terbesar dari masing-masing sampel larutan adalah
kloroform adalah 1,46 g/ml, etanol adalah 0.8 g/ml, aseton adalah 0.79 g/ml dan
kerapatan serta bobot jenis air adalah 1 g/ml. Hal ini sesuai bahwa semakin
berat bobot suatu zat maka semakin tinggi pula kerapatan yang dimiliki zat
tersebutkarena kerapatn berbanding lurus dengan bobot suatu zat.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1.
Kerapatan dan bobot jenis terbesar
dari masing-masing sampel larutan adalah kloroform adalah 1,46 g/ml, etanol
adalah 0.8 g/ml, aseton adalah 0.79 g/ml dan kerapatan serta bobot jenis air
adalah 1 g/ml.
2.
semakin berat bobot suatu zat
maka semakin tinggi pula kerapatan yang dimiliki zat tersebut karena kerapatan
berbanding lurus dengan bobot suatu zat.
3.
Dari data yang kami peroleh
volume piknometer pada suhu percobaan adalah 26 ml.
B. SARAN
Diharapkan untuk praktikum selanjutnya, lebih mengefektifkan waktu
dengan membagi beberapa praktikum kepada masing-masing kelompok. Alat-alat
laboratorium agar segera dilengkapi untuk menunjang jalannya praktikum
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2013. Penuntun
Praktikum Farmasi Fisika I. Universitas Muslim Indonesia
Ansel, C Howard. 2006. Kalkulasi Farmasetik. Penerbit Buku
Kedokteran EGC : Jakarta
Ditjen POM.1979.Farmakope
Indonesia Edisi III.:Jakarta
Martin,Alfred.1990.Farmasi
Fisika I.Penerbit universitas Indonesia : Jakarta
Lachman,Leon.1994.Teori Dan Praktek Farmasi Industri.Jakarta:Universitas
Indonesia.
LAPORAN
PERCOBAAN I

Disusun oleh
Kelompok I
Nama Nim
Febryanti Husni F20160116
Sitti Jamila F201601138
Erisman F201601108
Fadlik Fasholehi A F201601111
Fitria Tala F201601124
Raifaldi F201601147
Puput Widarini F201601150
Kelas : G3
Batch : A
PROGRAM STUDI S-1 FARMASI
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
MANDALA WALUYA
KENDARI
2017
Komentar
Posting Komentar